Header Ads Widget

Mengenal Karakteristik Anak Usia Dini Sebagai Interaksi Dalam Lingkungan Satuan PAUD

Mengenal Karakteristik Anak Usia Dini Sebagai Interaksi Dalam Lingkungan Satuan PAUD

Program pendidikan anak usia dini telah mengalami perubahan dan semakin beragam dalam beberapa tahun belakangan ini karena banyak orang semakin menyadari pentingnya memberikan pengalaman pendidikan selama tahun-tahun awal kehidupan anak. Suku dan budaya, pendidikan yang semakin terbuka dalam memfasilitasi anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti anak dengan berbagai ketunaan, autism, dan lain sebagainya, salah satunya dengan memperbanyak Satuan PAUD inklusi.

Pemahaman akan kebutuhan dan karakteristik anak cerdas berbakat merupakan fondasi bagi guru dalam memberikan bimbingan bagi anak cerdas berbakat. Berbagai bentuk program pengembangan muruid cerdas dan berbakat, salah satu diantaranya dapat di dekati dari bimbingan orangtua dan guru dengan mengembangkan pembelajaran sesuai dengan keinginan dan kemampuan peserta didik yang dapat diterapkan dalam mengembangkan kemampuan Anak Cerdas Berbakat.

Untuk merancang aktivitas yang sesuai dengan tahap perkembangan anak, perlu dipahami perubahan-perubahan yang biasa terjadi pada bayi sampai usia 8 tahun, perkembangan apa saja yang mungkin akan muncul, dan strategi yang terbaik untuk mendukung permbelajaran dan perkembangan anak pada tahun-tahun tersebut. Perbedaan program pendidikan Anak Cerdas Berbakat dengan anak biasa bukan sekedar berbeda tetapi secara kualitatif memang harus berbeda. Perbedaan kualitatif ini mutlak perlu karena anak Anak Cerdas Berbakat memiliki karakteristik dan kebutuhan serta permasalahan yang berbeda dari peserta didik biasanya. Sekalipun pengembangan program pendidikan untuk peserta didik Anak Cerdas Berbakat akan menyangkut berbagai pertimbangan aspek filosofis, tujuan pendidikan peserta didik Anak Cerdas Berbakat. 

Anak cerdas berbakat pada umumnya umumnya memiliki karakteristik seperti; membaca pada usia lebih muda, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, memberi jawaban – jawaban yang baik, terbuka terhadap rangsangan – rangsangan dari lingkungan, mempunyai pengamatan yang tajam, senang mencoba hal – hal yang baru, menpunyai daya imajinasi yang kuat, mempunyai banyak kegemaran, mempunyai daya ingat yang kuat. Anak usia dini berbakat sangat mungkin mengalami kesenjangan antara perkembangan fisik dan intelektual dan Satuan PAUD secara tak sengaja mungkin menghambat aktifitas mereka.

Apabila perkembangan intelektualnya lebih cepat dari pada perkembangan fisik maka anak akan merasa tidak adekuat secara fisik. Sementara jika tuntutan sensasi fisik kurang menantang akan menjadikan anak berbakat kurang tertarik dan tak memperoleh kepuasan melakukan kompetisi di dalam kelompok sebaya. melihat karakteristik dan kebutuhan fisik anak berbakat, maka program pendidikan bagi mereka sepatutnya mempertimbangkan kebutuhan untuk melakukan aktifitas yang memungkinkan terjadinya interaksi dan asimilasi dan sensorik, apresiasi kapasitas fisik, menjelajahi aktifitas fisik yang menimbulkan kesenangan. Kepuasan, menjelajahi aktifitas yang mengarah kepada keterpaduan antara pikiran dan badan. 

Ketika bayi mulai belajar merangkak atau berjalan, ia memiliki kemampuan untuk semakin menggali lingkungan sekitarnya, dan apa yang ia dapat dari eksplorasinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya. Contoh lain, seiring dengan kemampuan bahasa anak yang semakin meningkat, ia menjadi semakin mampu untuk berel si dengan orang-orang lain, dan semakin banyak ia berelasi dengan orang-orang lain, semakin kaya pula wawasan dan kemampuan bahasanya. Suatu kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan tertentu akan muncul bila kemampuan, ketrampilan, dan pengetahuan prasayaratnya telah diperoleh. Seperti bangunan yang dibangun di atas lapisan-lapisan batu, demikian juga perkembangan.

Anda perlu mengetahui kemampuan-kemampuan apa yang merupakan kemampuan dasar dan perlu berkembang terlebih dahulu sebelum mengajarkan kemampuan yang lebih tinggi. Contohnya: anak perlu belajar untuk mengenggam dengan erat sebelum ia dapat membuat coretan dengan pensil. Anak juga belajar mulai dari hal-hal praktis sebelum akhirnya mampu memahami pengetahuan yang melibatkan simbol. Seorang anak belajar untuk menemukan jalan pulang ke rumah atau tempat-tempat lain yang familiar jauh sebelum mereka mampu memahami arti kiri dan kanan atau dapat membaca peta. Hal itu dikarenakan si anak mempunyai pengalaman praktis mengenai jalan pulang yang diperoleh dari kebiasaan untuk melewati rute pulang ke rumah.

Setiap anak memiliki kekuatan, kebutuhan, dan minat yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menjadikan setiap anak unik sekaligus membuat kecepatan berkembang satu sama lain menjadi berbeda. Apabila standar yang sama diberlakukan sama rata maka kita akan melihat anak-anak yang putus asa karena tidak mampu mngejar ketinggalan. Banyaknya pemberian pengalaman pada usia-usia awal seorang anak, baik positif maupun negatif, akan memiliki dampak. Sebagai contoh, seorang anak yang terbiasa berteman dengan anak-anak lain sejak usia PAUD akan cenderung lebih mudah dan lebih percaya diri untuk bersosialisasi di usia PAUD. 

Anak-anak yang pada usia ini mendapat banyak kesempatan untuk melatih ketrampilan motorik kasar (seperti berlari, meloncat, melompat) akan lebih mudah mempelajari ketrampilan motorik yang lebih kompleks (seperti menjaga keseimbangan badan pada balok titian atau mengendarai sepeda roda dua) di tahun-tahun selanjutnya. Seringkali pengalaman-pengalaman awal seorang anak juga mempunyai efek tertunda. Efek dari pengalaman ini tidak akan langsung terlihat tetapi akan muncul di kemudian hari. Apakah Anda pernah menemui anak yang terbiasa diberi imbalan (seperti permen atau uang) hanya agar ia berperilaku baik, di kemudian harinya menjadi anak yang kurang termotivasi apabila harus melakukan sesuatu tanpa imbalan. Manusia adalah hasil dari genetik dan lingkungan yang keduanya saling mempengaruhi.

Seorang anak bisa yang seharusnya sehat secara fisik dan genetik tidak akan berkembang optimal apabila pada tahun-tahun awal tidak memperoleh nutrisi yang cukup. Hal ini tidak hanya tampak pada perkembangan fisik tetapi juga dalam kepribadian. Setiap anak mempunyai temperamen bawaaan, apakah itu cenderung tertutup atau justru terbuka, dan ini dapat berubah tergantung dari lingkungan sekitar dan keluarganya, bagaimana mereka berkomunikasi dengan anak tersebut. Secara biologis memang ada perbedaan struktur otak antara anak berbakat dengan anak normal. Anak berbakat mampu kedua belahan otak kiri dan kanan sebagai alat berfikir dan seluruh fungsi-fungsi lain. Secara terintegritas sehingga mewujudkan perilaku kreatif. 

Berbagai karakteristik perkembangan kognitif anak berbakat menunjukkan kemudahan yang dimilikinya dalam belajar. Namun, hendaknya ciri itu tidak menjadikan kita berfikir bahwa anak berbakat akan selalu mudah untuk menjadi peserta didik terpadani di kelasnya. Apabila karakteristik tersebut tidak tersalurkan sebagaimana mestinya maka tak mustahil muncul masalah – masalah perkembangan. Perkembangan kognitif anak berbakat juga disertai dengan kemampuan intuitif yang akan mengarahkan kepada pemunculan prilaku kreatif.

Kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari keberbakatan. Kaitan intuisi dengan prilaku kreatif ialah bahwa fungsi intuisi berperan dalam pemunculan inisiatif, imajinatif, dan wawasan bertindak yang mengarah kepada prilaku kreatif. Para ahli yang menekuni kreativitas tampaknya cenderung menyimpulkan bahwa prilaku kreatif merupakan integrasi fungsi – fungsi fisik maupun psikis dan bukan semata – mata prilaku intelektual.Keunikan intuisi anak berbakat ditandai dengan kecenderungan untuk terlibat dan peduli terhadap pengetahuan intuitif dan fenomena – fenomena metafisik, terbuka terhadap pengalaman – pengalaman metafisi, dan menunjukkan prilaku kreatif dalam banyak hal. Karena kekuatan imajinatif yang luar biasa. 

Oleh karena setiap anak hidup dan berkembang dalam budaya tertentu, maka seringkali masalah budaya dan kebiasaan anak di rumah menjadi masalah di Satuan PAUD. Contohnya: seorang guru memberikan pelajaran untuk mencintai alam dengan mengajak murid-muridnya berkebun. Keesokan harinya orangtua dari salah satu muridnya datang dan memintanya untuk tidak mengajak anaknya bermain tanah karena di rumah mereka bermain tanah adalah hal yang kotor dan orangtua tersebut sangat mengutamakan kebersihan dalam keluarganya.

Selengkapnya silahkan klik DI SINI

Posting Komentar

0 Komentar