Ayah, Bunda, dan Sobat PAUD, ada banyak informasi tentang pentingnya lingkungan kaya keaksaraan untuk mendorong keterampilan literasi sejak dini. Literasi keluarga merupakan salah satu upaya untuk menyediakan lingkungan kaya aksara. Apakah Ayah Bunda dan Sobat PAUD tahu apa yang dimaksud dengan literasi keluarga ini? Yuk simak penjelasan berikut untuk memahami lebih lanjut!
Literasi keluarga dapat diartikan sebagai lingkungan yang disediakan oleh keluarga agar anak dapat membangun keterampilan literasinya. Lingkungan ini mencakup berbagai keterampilan dan kemampuan anak, seperti membaca, menulis, berperilaku sosial, maupun aspek perkembangan lainnya dengan lingkungan fisik yang memuat keragaman dan ketersediaan bahan untuk dieksplorasi oleh anak. Selain itu, lingkungan kaya aksara juga ditandai dengan sikap masyarakat yang melibatkan anak dalam kegiatan literasi interaktif di bawah pendampingan orang dewasa yaitu anggota masyarakat yang ikut berinteraksi di sekitar lingkungan main anak, termasuk misalnya; tetangga dan kerabat.
Ayah, Bunda, dan Sobat PAUD, aktivitas literasi dapat dikategorikan ke dalam dua jenis praktik yaitu:
- Pertama: praktik yang menekankan pada interaksi terkait pengenalan kode, seperti mengidentifikasi pengenalan huruf abjad dan angka.
- Kedua: praktik yang menekankan pada interaksi terkait makna bacaan, seperti membaca buku cerita bersama anak dan kemudian mendiskusikannya bersama mereka.
Dengan demikian, literasi keluarga dapat dilakukan dengan penyediaan buku cerita, meningkatkan frekuensi membaca buku cerita, atau menciptakan kegemaran dan praktik sastra bersama anak-anak selama di rumah. Selain itu juga ada sejumlah kegiatan lain yang dapat dilakukan, di antaranya: pengenalan huruf, mengidentifikasi huruf, mengidentifikasi suara huruf dan lain sebagainya.
Menghadirkan lingkungan kaya keaksaraan dapat pula dilakukan dengan “membuat" buku bacaan sendiri, tidak selalu dengan membeli buku bacaan. Hal ini sebagai opsi bagi orang tua atau satuan yang masih sulit mengakses buku bacaan dalam bentuk cetak atau e-book (karena keterbatasan sinyal, kuota, atau tak punya perangkatnya). Membuat buku bacaan ini bisa dilakukan dengan menyediakan alat tulis, buku gambar, dan benda-benda yang ada di rumah (daun, bunga, biji-bijian, ranting, guntingan koran/majalah, dll) untuk ditempelkan sebagai kolase, kemudian ajak anak membuat cerita bergambar.
Pada anak usia dini, kegiatan literasi seharusnya difokuskan pada kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah disebutkan di atas melalui bermain. Orang tua maupun guru hendaknya menghindari cara yang memaksakan anak untuk dapat menerapkan baca, tulis, dan hitung (calistung) dengan lancar sebagaimana orang dewasa. Mengapa demikian? Karena anak usia dini masih berada pada tahapan pengenalan bilangan maupun huruf. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana orang dewasa dapat menciptakan lingkungan pembelajaran pra keaksaraan yang menyenangkan bagi anak. Selain itu, literasi juga harus tertanam dalam kebiasaan anak pada kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Morrison, seorang pakar psikologi perkembangan yang menyampaikan bahwa orang dewasa hendaknya mampu mengingatkan, membangun, maupun membiasakan literasi dalam kehidupan sehari-hari anak, salah satunya ketika bermain. Ayah Bunda dan Sobat PAUD, melalui bermain tanpa perintah atau paksaan anak-anak akan terlibat secara penuh dalam pengembangan kemampuan literasinya.
Lebih lanjut, literasi keluarga juga meliputi kegiatan yang akan mengasah kompetensi literasi pada anak yang terdiri dari kebiasaan membaca bersama, frekuensi kunjungan perpustakaan dan penyediaan jumlah buku dalam rumah tangga. Bahkan interaksi verbal orang tua dan anak selama membaca bersama sangat menentukan kualitas kegiatan membaca seperti misalnya, mengajukan pertanyaan, menunjukkan kata-kata dan suara, serta mendorong komentar yang diberikan oleh anak untuk memperluas bacaan.
Tentu, semua kegiatan ini tidak akan terlepas dari andil orang tua dalam pengayaan materi pembelajaran apa pun yang dapat mendukung keterampilan literasi tersebut, serta kemampuan literasi orang tua itu sendiri. Namun, perlu disadari belum tentu semua orang tua paham akan hal ini. Di sini lah dibutuhkan peran penting sekolah untuk menyosialisasikan budaya literasi keluarga kepada orang tua, agar dapat tertanam dalam setiap keluarga. Ketika orang tua dan sekolah bisa bekerja sama menyediakan lingkungan yang mendorong minat literasi dan mempromosikan keterampilan literasi, maka kerjasama ini dapat membantu anak-anak mencapai keberhasilan membaca jangka panjang maupun kemampuan lainnya.
Sumber: PAUD Pedia
0 Komentar